DAMPAK
NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AS BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA.
Sebagai
negara yang mengandalkan impor bahan pangan antara lain beras dan gula,
anjloknya nilai tukar akan berimbas pada kenaikan harga bahan pokok. Yang
mengakibatkan rakyat miskin yang hanya makan nasi dengan lauk tempe saja, akan
merasakan dampak merosotnya nilai mata uang. Karena berasnya impor, bahan tempe
yaitu kedelai juga impor, bawangnya impor. Melemahnya mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
juga menimbulkan dampak sepiral ke berbagai sektor terutama yang berkaitan
dengan kehidupan masyarakat luas. contoh dampak ada pada: http://www.kompasiana.com/musniumar/10-dampak-negatif-pada-masyarakat-melemahnya-rupiah_55f21cf34df9fd7e0e532e94
Pemerintah diminta untuk antisipasi terhadap anjloknya nilai
tukar rupiah.
Pemerintah
diminta untuk mengantisipasi kenaikan harga pangan setelah nilar tukar Rupiah
sempat menembus angka RP.14 ribu per dollar AS pada Senin (24/08). Pengamat
perbankan dan keuangan Yanuar Rizky mengatakan pemerintah harus membereskan
manajemen logistik dan impor sebagai antisipasi jangka pendek, jika memang
pemerintah ingin melakukan swasembada pangan dan energi alternatif harus
dilakukan dengan pemberian insentif. Dia menambahkan pemerintah juga harus
menetapkan target dalam waktu enam bulan dapat dilakukan panen raya dan
penggunaan energi alternatif. Selain itu, harus ada konsensus antara BI,
Presiden dan DPR untuk melakukan operasi pasar yang berbeda.
"Tujuan BI agar intervensi
valuta asing itu agar tidak terjadi inflasi, posisi rupiah saat ini Rp14.049
jika BI ingin menurunkan ke Rp13.700 turun ga? Itu kayak menggarami air laut
dan balik lagi. Kenapa tidak diberikan konsensus politik presiden, BI dan DPR
agar melakukan operasi pasar terbuka yang berbeda, dengan memberikan dolar yang
murah untuk impor pangan dan energi. Jadi mereka beli dengan harga murah
barang-barang tersebut," jelas Yanuar. Dia menambahkan, pemerintah dan BI
harus memeriksa apa yang menyebabkan rupiah melemah. Selain itu, menurut
Yanuar, jika jangka pendek sudah dapat diatasi pemerintah juga harus menyiapkan
alternatif jangka menengah dengan cara memberikan insentif pajak yang tepat
untuk penyerapan lapangan kerja, untuk energi alternatif dan ketahanan pangan.
Gubernur Bank Indonesia Agus
Martowardojo meminta agar para eksportir untuk melepas valuta asing untuk
mencegah tekanan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Nilai rupiah
pada penutupan pasar Senin sore menembus angka Rp14.049 per dolar AS, terendah
sejak Juli 1998. Seperti diberitakan media, Agus mengatakan pelepasan valuta
asing diharapkan dapat menyeimbangkan pengeluaran dan permintaan seimbang dan
mencegah rupiah tertekan lebih dalam. BI juga membatasi pembelian valuta asing
menjadi 25.000 dollar AS dari 100.000 dollar AS untuk transaksi tanpa underlying
atau keperluan tertentu.
Presiden
Joko Widodo mengumpulkan menteri-menteri ekonomi dan para pengusaha untuk
membahas langkah antisipasi pelemahan rupiah terhadap dolar AS di Istana Bogor,
Senin (24/08). "Kita antisipasi bersama. Semuanya
harus mempunyai pemikiran yang sama dan kepatuhan terhadap garis yang nanti
akan kita sampaikan, apa yang harus kita lakukan. Jangan sampai kita sudah
memberikan garis, nanti masih ada yang di luar garis," jelas Jokowi di
Istana Bogor.
Agus memperkirakan anjloknya
nilai tukar rupiah pada Senin sore disebabkan aksi jual di pasar saham tak
hanya di Indonesia tetapi juga secara global. Sebelumnya, dalam wawancara
khusus dengan BBC Indonesia, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengakui pilihan
pemerintah untuk memulihkan kondisi ekonomi sangat terbatas.
"Yang dilakukan pemerintah
pilihan-pilihan tidak banyak, memperkuat ekonomi domestik kita dengan cara
stimulus pemerintah lebih cepat, mengurangi impor kebutuhan pokok seperti beras
gula, terigu atau hasil industri, ketiga maka kita tingkatkan industri dalam
negeri untuk penuhi kebutuhan nasional sehingga mengurangi impor kita juga,
meningkatkan produksi pertanian ujungnya. Itu ruang yang ada karena yang lain
itu sangat terbatas," jelas Jusuf Kalla kepada wartawan BBC Indonesia
Heyder Affan, Jumat (21/08).
Ketua Asosiasi Industri Kakao
Indonesia AIKI Piter Jasman mengaku pelemahan rupiah ini menguntungkan para
petani dan pengusaha Kakao, dan rutin melepas valuta asing untuk kebutuhan
ekspor.
Tanggapan Hendri Saparini
Ph.D melalui wawancara
Persoalannya
sekarang, kita sadar atau tidak, kita meyakini atau tidak kalau kita
ini sebenarnya mengalami ketergantungan impor, terutama ketergantungan impor
pangan. Berkali-kali saya mendengar dari pihak pemerintah selalu menyatakan dan
bersikap. ”Kita tidak perlu mempunyai Kedaulatan Pangan, yang penting bahan
pangan itu tersedia, walaupun impor, entah dari mana. Sementara idealnya, atau
maunya masyarakat, bahan pangan itu tercukupi dari dalam negeri, sebagaimana
negara lain juga punya sikap seperti itu. Misalnya Thailand, Jepang, Amerika
dan lainnya. Jadi kalau sikap pemerintah masih seperti ini, maka berarti
pemerintah belum menyadari adanya masalah fundamental ekonomi kita. Kalau mau
diadakan perubahan sikap melalui legislatif, maka kita ketahui bersama
komposisi anggota legislatif kita itu 70% pro-pemerintah. Apalagi setiap ada
perbedaan sikap anggota dewan diambil keputusan melalui voting. Saya
mengharapkan adanya kesadaran bersama untuk memperbaiki struktur fundamental
perekonomian kita baik eksekutif maupun pihaklegislatif.
Krisis pelemahan mata uang ini mungkin tidak akan sampai pada krisis besar seperti 1998 yang berujung pada krisis politik. Krisis ini memang menguras cadangan devisa kita sampai 20 milyar dollar. Tapi toh Bu Sri Mulyani mengulurkan bantuan pinjamannya melalui Bank Dunia 25 milyar dollar. Juga dari Cina ada bantuan. Belum lagi dari Chiang Mai, konsorsium pendanaan negara-negara Asia. Jadi walaupun tersedot 20 milyar dollar untuk mengatasi merosotnya nilai rupiah, tapi toh sudah ada penggantinya. Jadi cadangan devisa kita sudah tidak kuat lagi. Namun begitu, sekali lagi kita masih sangat tergantung dengan bantuan utang luar negeri. Ibarat kata, rasa sakitnya berkurang, tapi masalahnya sebenarnya belum terselesaikan. Begitu kita sudah minum aspirin yang menghilangkan rasa sakit, kita lupa bahwa kita sangat tergantung impor beras, impor kedelai, impor gula dan lainnya. Walhasil hutang Indonesia sudah mencapai Rp2.100 trilyun.
Krisis pelemahan mata uang ini mungkin tidak akan sampai pada krisis besar seperti 1998 yang berujung pada krisis politik. Krisis ini memang menguras cadangan devisa kita sampai 20 milyar dollar. Tapi toh Bu Sri Mulyani mengulurkan bantuan pinjamannya melalui Bank Dunia 25 milyar dollar. Juga dari Cina ada bantuan. Belum lagi dari Chiang Mai, konsorsium pendanaan negara-negara Asia. Jadi walaupun tersedot 20 milyar dollar untuk mengatasi merosotnya nilai rupiah, tapi toh sudah ada penggantinya. Jadi cadangan devisa kita sudah tidak kuat lagi. Namun begitu, sekali lagi kita masih sangat tergantung dengan bantuan utang luar negeri. Ibarat kata, rasa sakitnya berkurang, tapi masalahnya sebenarnya belum terselesaikan. Begitu kita sudah minum aspirin yang menghilangkan rasa sakit, kita lupa bahwa kita sangat tergantung impor beras, impor kedelai, impor gula dan lainnya. Walhasil hutang Indonesia sudah mencapai Rp2.100 trilyun.
Referensi: