1.1 Gambaran
Umum
1.1.1
Profil Perusahaan PT.
Aplikasi Karya Anak Bangsa (GOJEK)
PT Aplikasi Karya Anak Bangsa atau
yang lebih dikenal dengan gojek (sebelumnya
ditulis GO-JEK) merupakan
sebuah perusahaan teknologi asal Indonesia yang
melayani angkutan melalui
jasa ojek. Perusahaan ini didirikan
pada tahun 2010 di Jakarta oleh Nadiem Makarim warga negara Indonesia lulusan Master
of Business Administration dari Harvard Business School. Ide
mendirikan Gojek muncul dari pengalaman pribadi Nadiem Makarim
menggunakan transportasi ojek
hampir setiap hari ke tempat kerjanya untuk menembus kemacetan di Jakarta. Saat itu, Nadiem masih
bekerja sebagai Co-Founder dan Managing Editor Zalora Indonesia dan Chief Innovation
Officer Kartuku.
Sebagai seorang yang sering menggunakan
transportasi ojek, Nadiem melihat ternyata sebagian besar waktu yang dihabiskan
oleh pengemudi ojek hanyalah sekadar mangkal menunggu penumpang. Padahal,
pengemudi ojek akan mendapatkan penghasilan yang lumayan bila banyak
penumpang. Selain itu, ia melihat ketersediaan jenis transportasi ini tidak
sebanyak transportasi lainnya sehingga seringkali cukup sulit untuk dicari. Ia
menginginkan ojek yang bisa ada setiap saat dibutuhkan. Dari pengalamannya
tersebut, Nadiem Makarim melihat adanya peluang untuk membuat sebuah layanan
yang dapat menghubungkan penumpang dengan pengemudi ojek.
Pada tanggal 13 Oktober 2010,
Gojek resmi berdiri dengan 20 orang pengemudi. Pada saat itu, Gojek masih
mengandalkan call center untuk menghubungkan penumpang dengan pengemudi ojek.
Pada pertengahan 2014, berkat popularitas Uber kala
itu, Nadiem Makarim mulai mendapatkan tawaran investasi. Pada 7 Januari 2015, Gojek akhirnya
meluncurkan aplikasi berbasis Android dan IOS untuk
menggantikan sistem pemesanan menggunakan call center.
Saat ini, Gojek telah
tersedia di 50 kota di Indonesia. Hingga bulan Juni 2016, aplikasi Gojek sudah
diunduh sebanyak hampir 10 juta kali di Google Play pada sistem
operasi Android. dan telah tersedia di App Store. Gojek juga mempunyai
layanan pembayaran digital yang bernama Gopay. Layanan Gojek kini telah
tersedia di Thailand, Vietnam dan Singapura.
1.1.2
Visi dan
Misi Perusahaan
Visi :
“Membantu memperbaiki struktur
transportasi di Indonesia, mmberikan kemudahan bagi masyarakat dalam
melaksanakan pekerjaan sehari-hari seperti pengiriman dokumen, belanja harian,
dengan menggunakan layanan fasilitas kurir, serta turut mensejahterakan
kehidupan tukang ojek di Jakarta dan Indonesia kedepannya”
Misi :
1.
Menjadikan PT Go-Jek Indonesia
sebagai jasa transportasi tercepat dalam melayani kebutuhan masyarakat
Indonesia.
2.
Menjadikan PT Go-Jek Indonesia
sebagai acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola struktur transportasi yang
baik dengan menggunakan kemajuan teknologi.
3.
Meningkatkan kepedulian dan tanggung
jawab terhadap lingkungan dan sosial.
4.
Memberikan layanan prima dan solusi
yang bernilai tambah kepada pelanggan
1.1.3
Strategi Perusahaan
Go-Jek
Indonesia adalah suatu jasa transportasi yang ada di Jakarta yang beroperasi
sejak tahun 2011. Go-Jek merupakan pionir penyedia jasa layanan ojek
profesional. Berusaha menawarkan faktor kecepatan, keamanan, dan kenyamanan
bagi para pelanggannya, Go-Jek tumbuh sebagai startup yang menjanjikan di
ibukota. Untuk mengurangi permasalahan penyediaan uang tunai, Go-Jek menawarkan
solusi e-wallet Go-Jek Credit. Bisa dibilang Go-Jek laksana Uber versi ojek
yang cocok dimanfaatkan untuk mengantarkan barang, sarana transportasi, dan
bahkan membantu kegiatan berbelanja di belantara Jakarta.
Dalam hal menarik konsumen, Go-Jek
melakukan berbagai macam strategi marketing. Salah satunya dalam menentukan
tarif. Kegiatan penentuan harga memainkan peranan penting dalam proses bauran
pemasaran. Keputusan penetapan harga sangat penting dalam menentukan seberapa
jauh sebuah layanan jasa dinilai oleh konsumen dan proses pembangunan citra.
Penentuan harga juga memberikan presepsi tertentu dalam hal kualitas. Dalam hal
ini Go-Jek menetapkan tarif yang cukup murah bagi pengguna jasanya sehingga
konsumen yang tadinya menggunakan ojek biasa kemudian beralih ke
Go-Jek.
Selain dari strategi penetapan
harga, pihak Go-Jek juga memanfaatkan perkembangan teknologi saat ini. Salah
satunya strategi dalam promosi jasa. Seperti penetapan media periklanan
menggunakan media internet, sosial, brosur, radio, direct selling,
event, media partner, dan juga melalui tradisional marketing seperti
publikasi dari mulut ke mulut. Go-Jek sendiripun sudah sangat familiar
dikalangan artis sehingga dalam hal ini pihak Go-jek juga memanfaatkan artis
sebagai brand ambassador untuk menarik konsumen. Dari beberapa feedback yang diterima, Go-Jek memberikan
banyak manfaat bagi konsumen terlihat dari berbagai macam fitur pelayanan yang
ditawarkan pihak Go-Jek seperti GO-SEND, GO-RIDE, GO-FOOD, GO-MART, GO-BUSWAY,
GO-BOX, GO-CLEAN, GO-GLAM, GO-MESSAGE, dapat dikatakan hal ini sangat
memanjakan konsumen.
1.2 Latar
Belakang Masalah
Layanan
Gojek yang awalnya offline beralih masuk di kencah online, hal ini yang membuat
gojek berhasil merevolusi industry traspotasi
ojek. Hingga kini aplikasi gojek sudah di unduh lebih dari 13 juta orang di
berbagai daerah. Semakin hari layanan gojek pun berkembang mengikuti permintaan
pelanggan yang semakin meningkat.
Namun dengan
berkembangannya layanan gojek bukan berarti gojek tidak memiliki kekurangan
dalam proses pelayanan, salah satunya adalah crush jaringan lemot karna jumlah
driver meningkat atau system down karna jumlah pemesanan meningkat melebihi
kapasitas. Tidak hanya itu gojek pun pernah mengalami kegaggalan keamanan yang
berpotensi membuat gojek bangkrut.
Dikutip dari
laman www.gojek.com
bahwa Yohanes Nugroho, seorang programmer
menemukan celah yang mengancam keamanan data pengguna dan pengemudi layanan
transportasi online, Gojek. Celah yang mungkin saja disusupi pengguna internet
tanpa izin dikhawatirkan Yohanes bisa membuat perusahaan rintisan yang sedang
naik daun itu harus menelan kerugian hingga berujung gulung tikar.
Penemuan
celah yang ada di dalam sistem Gojek diakui Yohanes berawal dari keisengannya.
Setidaknya ada 6 poin penting yang ditemukan Yohanes yang mungkin dieksploitasi
pihak tak bertanggung jawab dari celah dalam sistem Gojek, di antaranya :
1.
Siapapun bisa mencari customer ID berdasarkan telepon
atau nama atau email
2.
Siapapun bisa
mengubah pulsa driver gojek manapun
3.
Siapapun bisa
melihat data pribadi driver gojek, termasuk foto, alamat, dan bahkan nama ibu
kandung
4.
Siapapun bisa mendapatkan nama user, email, no HP user
lain
5.
Siapapun bisa
mengganti no HP dan nama user lain, tanpa erlu tahu passwordnya
6.
Siapapun bisa melihat order history orang lain
Hal tersebut
dapat dengan mudah diakses pihak tak bertanggung jawab sehingga adanya penipuan
yang terjadi dan mengatasnamakan gojek sebagai pemberi kredit yang pada
akhirnya menge-nol-kan saldo cust gojek. Dan karna hal tersebut harus membuat
pihak gojek menelan kerugian hingga berujung gulug tikar.
Tidak hanya system gojekpun pernah
kekurangan dana karna terus menerus memberikan subsidi kepada pengguna layanan
gojek. Hak tersebut telah diakui oleh CEO gojek dan pada saat bersamaan pun
terjadi kisruh antara ojek konvensiaonal dan ojek online yang membuat gojek
diambang gulung tikar.
1.2.1
Pendanaan Perusahaan
2
Gojek pertama kali mendapatkan
kucuran dana dari NSI
Ventures pada Juni 2015 dengan besaran dana yang tidak
dipublikasikan. Pada Oktober 2015, Gojek
kembali mendapatkan kucuran dana. Kali ini dari Sequoia Capital dan DST Global yang
juga tidak disebutkan jumlahnya.
3
Pada Agustus 2016, Gojek secara
resmi mengumumkan pendanaan senilai US$550 juta atau sekitar Rp7,2 triliun dari
KKR, Warburg Pincus, Farallon Capital, dan Capital Group Private Markets dan
investor-investor sebelumnya. Dengan adanya pendanaan tersebut,
Gojek resmi berstatus sebagai unicorn pertama di Indonesia, yaitu
startup dengan valuasi lebih dari US$1 miliar. Pada saat itu, valuasi Gojek
telah mencapai US$1,3 miliar (sekitar Rp17 triliun).[12]
4
Pada Januari 2018, Google melalui situs blog resminya
mengumumkan bahwa mereka telah memberikan pendanaan untuk Gojek. Ini merupakan investasi pertama
Google kepada startup di Asia. Kucuran dana tersebut
merupakan bagian dari seri
pendanaan yang diikuti oleh Tencent, JD, Temasek, dan
Meituan-Dianping yang mencapai angka US$1,2 miliar (sekitar Rp16 triliun).
Dalam pengumumannya, Google tidak merinci besaran jumlah investasinya kepada
Gojek namun sebuah sumber dari Reuters menyebutkan totalnya sekitar
100 juta dollar AS (sekitar 1,3 triliun).
5
Tidak lama setelah Google, pada 12 Februari 2018 Astra Internasional yang
merupakan salah satu perusahaan otomotif nasional mengumumkan
investasinya kepada Gojek senilai US$ 150 juta atau sekitar Rp2 triliun. Suntikan dana tersebut
merupakan investasi terbesar sepanjang sejarah Astra di sektor digital dan yang
terbesar di Gojek bila dibandingkan dengan investor-investor lainnya sampai
pada saat itu. Pada hari yang sama, Djarum Grup melalui PT Global
Digital Niaga (GDN) yang merupakan anak usaha perusahaan modal
ventura Global Digital
Prima (GDP) milik Djarum, juga mengumumkan investasinya kepada
Gojek. Dalam pengumuman tersebut. GDN tidak bersedia mengungkapkan berapa dana
yang mereka investasikan ke Gojek.
1.1.3 Akuisisi dan Investasi
Dalam upaya melakukan pengembangan aplikasinya,
Gojek mengakuisisi beberapa perusahaan di India dan
membuka kantor di Bengaluru, sebuah
daerah yang terkenal sebagai "Silicon Valley nya India". Hubungan Gojek dengan India
bermula pada April 2015, saat Gojek menyewa C42
Engineering, sebuah perusahaan rekayasa perangkat lunak selama dua bulan
di Jakarta untuk
membereskan kekutu (bug) dalam aplikasi mereka. Hubungan ini tercipta
berkat Sequoia Capital yang
merupakan salah satu investor Gojek.
Februari 2016, Gojek akhirnya mengakuisisi C42
Engineering beserta CodeIgnition,
perusahaan pengembangan aplikasi di New Delhi yang sebelumnya juga pernah
bekerja untuk Gojek.[21] Kedua perusahaan teknologi
ini ditugaskan membantu meningkatkatkan sistem IT untuk menanggulangi jumlah
pengguna yang semakin banyak. Pada saat itu, pertumbuhan
Gojek melaju dengan cepat. Jumlah pengunduh aplikasinya mencapai 11 juta dengan
200 ribu sopir Gojek. Pada tahun yang sama, tepatnya pada September 2016 Gojek mengakusisi
Pianta, sebuah startup lokal di India yang
menyediakan layanan kesehatan seperti terapi fisik, perawat, hingga pengumpulan
sampel untuk pemeriksaan di laboratorium. Menutup tahun 2016, Gojek
mengakuisisi startup keempatnya di India yaitu LeftShift, perusahaan yang
bergerak di bidang aplikasi Android, iOS,
dan situs internet.
Gojek tidak ingin berhenti hanya sebagai perusahaan transportasi berbasis daring, namun bertransformasi sebagai
sebuah perusahaan financial
technology (fintech) melalui Gopay.[25] Pada akhir tahun 2016 Gojek
mengakuisisi Ponselpay,
sebuah perusahaan keuangan milik MVComerce yang
telah memiliki lisensi uang elektronik (e-money) dari Bank Indonesia.[26] Gojek membutuhkan lisensi
tersebut guna mengembangkan Gojek yang telah mereka kembangkan untuk
menjadi e-money layaknya Flazz milik BCA, Brizzi milik BRI, T-Cash milik Telkomsel dan lain-lain.
Pada 15 Desember 2017,
Gojek mengumumkan akuisisinya terhadap tiga perusahaan financial
technology yaitu Kartuku, Midtrans,
dan Mapan untuk
mendukung ekspansi GO-PAY di luar ekosistem Gojek. Kartuku merupakan
sebuah perusahaan penyedia Prosesor Pihak Ketiga atau Third
Party Processor (TPP) dan Penyedia Layanan Pembayaran (PSP). Kartuku yang telah
mengoperasikan lebih dari 150 ribu alat pembayaran di gerai luring (offline) dan telah
bekerjasama dengan sembilan bank acquirer ini,
akan difokuskan untuk pengembangan penggunaan Gopay secara luring.
Midtrans adalah
salah satu perusahaan penyedia jasa pemprosesan pembayaran secara daring yang telah menjalin kemitraan
dengan bank-bank di Indonesia, maskapai
penerbangan, retail e-commerce dan
perusahaan-perusahaan fintech. Sementara Mapan adalah
jaringan layanan keuangan berbasis komunitas yang memungkinkan
penggunanya mencicil barang yang mereka ingin beli dalam katalog barang Arisan
Mapan. Mapan yang telah tersedia
di 100 kota tersebut difokuskan oleh Gojek untuk mengakselerasi inklusi keuangan bagi masyarakat yang belum tersentuh
layanan perbankan (unbanked).
Pada 8 Agustus 2017, Gojek mengakuisisi
LOKET, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang event management &
ticketing. LOKET menghadirkan layanan
pemesanan tiket secara daring, sampai menyediakan gelang RFID untuk pengunjung
acara. Langkah ini diambil Gojek
untuk mendorong perkembangan fitur penjualan tiket bioskop dan acara yang telah
mereka miliki melalui GO-TIX.
Pada tahun 2018, setelah sukses berekspansi
ke Vietnam Gojek memperluas jaringan
bisnisnya ke sektor periklanan. Kali
ini, Gojek mengakuisisi Promogo,
sebuah layanan pemasangan iklan di kendaraan
pada September 2018. Di tahun 2018 pula tepatnya
pada Agustus, Gojek mengkonfirmasi kehadiran GO-Ventures yang
merupakan unit permodalan dari Gojek. Hal ini sama dengan apa
yang dilakukan oleh pesaing terdekatnya, Grab, yang telah memiliki Grab
Ventures. Pasca mengumumkan kehadiran GO-Ventures, Gojek memberi
suntikan dana kepada Kumparan,
sebuah startup media daring
yang berdiri sejak tahun 2016 dengan nilai investasi yang tidak disebutkan.
Januari 2019, Gojek mengakuisisi mayoritas
saham Coins.ph, startup fintech asal Filipina senilai US$72 juta atau
setara dengan Rp1 triliun. Coins.ph merupakan fintech
berbasis blockchain yang memiliki layanan dompet digital. Mereka telah memiliki
lebih dari 100 ribu merchant yang menerima pembayaran via Coins.ph